Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei ditiap tahunnya, sebenarnya merupakan hari lahirnya organisasi Boedi Utomo. Kebangkitan Nasional yang merupakan kebangkitan bangsa Indonesia yang mulai memiliki rasa kesadaran nasional ditandai dengan berdirinya Boedi Utomo tanggal 20 Mei 1908 dan lahirnya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

Secara garis besar, faktor pendorong kebangkitan nasional terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal yakni (1) penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan; (2) kenangan kejayaan masa lalu, seperti pada masa Kerajaan Sriwijaya atau Majapahit; dan (3) munculnya kaum intelektual yang menjadi pemimpin gerakan. Sedangkan faktor eksternalnya yakni (1) timbulnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti nasionalisme, liberalisme, dan sosialisme; (2) munculnya gerakan kebangkitan nasional di Asia seperti Turki Muda, Kongres Nasional India, dan Gandhisme; dan (3) kemenangan Jepang atas Rusia pada perang Jepang-Rusia yang menyadarkan negara-negara di Asia untuk melawan negara barat.

Presiden Soekarno menetapkan hari lahir Boedi Oetomo sebagai hari kebangkitan nasionalisme Indonesia. Sebab di masa itu, banyak ancaman segregasi antargolongan dan ideologi di tengah upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari kolonial Hindia Belanda yang ingin merebut kembali kekuasaannya. Semangat persatuan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang digaungkan Boedi Oetomo lantas menjadi lecut semangat para pribumi untuk membebaskan diri dari dominasi penjajah sekaligus mencegah perpecahan bangsa.

Boedi Oetomo sendiri merupakan adalah organisasi modern pertama di Indonesia sejarah pergerakan kemerdekaan. Organisasi prakemerdekaan ini aktif bergerak di berbagai bidang khususnya pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan tanpa melibatkan unsur politik. Organisasi Boedi Oetomo dibentuk oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) pada 20 Mei 1908 di Jalan Abdulrahman Saleh No. 26, Jakarta, berdasarkan gagasan dr. Wahidin Sudirohusodo yang ingin meningkatkan martabat rakyat dan bangsa Indonesia. Terlebih, kala itu kondisi kehidupan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan sejak diberlakukannya politik etis oleh Belanda.

Tujuan didirikannya organisasi Boedi Oetomo antara lain untuk menyadarkan masyarakat Indonesia, melestarikan budaya dan berupaya meningkatkan taraf hidup lewat pendidikan. Budi Utomo kala itu masih fokus di Jawa dan Madura. Seiring berjalannya waktu, anggota organisasi ini bertambah banyak dan meluas, tak lagi terbatas di Jawa dan Madura saja. Cara dan metode yang diterapkan para pelajar STOVIA dalam membangkitkan semangat nasionalisme lantas mendapat tanggapan positif. Perlahan konsep Boedi Oetomo kemudian banyak dicontoh dan memelopori lahirnya organisasi pergerakan serupa di berbagai daerah di Indonesia, seperti seperti Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, Muhammadiyah, dan lainnya.

 

Penetapan Hari Kebangkitan Nasional

Usai kemerdekaan tepatnya pada 1948, kondisi politik Indonesia masih karut-marut. Kabinet parlementer jatuh bangun tanpa bisa menyelesaikan masa jabatannya hingga tuntas. Banyak tokoh nasional yang bermusuhan satu sama lain. Selain itu, Belanda pun masih kerap melancarkan aktivitas militer lantaran belum mengakui kemerdekaan Indonesia. Dalam kondisi demikian, Ki Hadjar Dewantara dan Radjiman Wediodiningrat mengusulkan tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Hal tersebut disetujui oleh Presiden RI Soekarno.

“Dalam keadaan Republik yang krusial itu, sebuah simbol baru persatuan sangat dibutuhkan,”. Sehingga pada tanggal 20 Mei 1959 ditetapkan oleh Presiden RI Soekarno sebagai hari nasional bukan hari libur. Penetapan ini berdasarkan keputusan Presiden nomor 316 tahun 1959. (sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220519102844-31-798415/sejarah-singkat-hari-kebangkitan-nasional-diakses20Mei2022)

 

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional di SMAN 1 Cibungbulang

Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 2022, SMA Negeri 1 Cibungbulang melaksanakan Apel peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang diikuti oleh seluruh peserta didik guru, tenaga kependidikan dan seluruh pegawai dilingkungan SMA Negeri 1 Cibungbulang.Yang bertugas dalam kegiatan apel ini adalah pengurus OSIS dan MPK dengan pembina Apel adalah Bapak Drs. Windu Sarwono, M.Pd (Kepala Sekolah SMAN 1 Cibungbulang).

Apel peringatan Hari Kebangkitan Nasional di SMA Negeri 1 Cibungbulang berjalan dengan lancar dan khidmat. Dalam amanatnya, pembina apel menyampaikan bahwa peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini bukan sekedar upacara/apel peringatan Hari Besar Nasional saja, tetapi jadikan sebagai pemicu untuk bangkit, berkembang menjadi manusia yang lebih baik dan berguna. Terutama memajukan negara kita tercinta, seperti yang dilakukan oleh pendiri Boedi Oetomo yang ingin menaikan taraf hidup masyarakat Indonesia melalui Pendidikan.